Jumat, 25 Desember 2015

Fanfiction: "My Psychopath Boyfriend" Part I

[[ EDISI REVISI ]]
Tanggal Awal Tebit: 25 Desember 2015
Tanggal Revisi 1: 30 Juni 2020

PS: Yang direvisi hanya beberapa kalimat dan typo. Jalan yang diharapkan cerita masih sama.

Saya akan membiarkan ke-alay-an yang ada di intro, termasuk emoticon yag hitz pada jaman tersebut. 
Memang menggelikan, tetapi ini kenangan.


Ulla '-'
Sawangan ni blog :'3
Sekian lama, kaga ngutak ngatik blog. Akhirnya kesampean juga~

FF baru munculll /ghost/


My Psychopath Boyfriend





Title: My Psychopath Boyfriend. Translate: Pacar Psikopatku.
         Bentar lagi ada yang nanya, Psikopat apaan sih?
          Psikopat = Orang yang suka ngebunuh gitu '-' Bisa dibilang pembunuh darah dingin /ghost/
Author: Dia, selalu dia :') #AuthorBaper
Genre: Serem serem gimana gitu /kedip/ #AuthorCabeCabean
Rated: All rated._.
Length: 2 Part
Cast:      -Mark GOT7
              -Wendy Red Velvet
              -Joy Red Velvet
              -Sana Twice
              -Yerin GFriend
              -Hani EXID
              -Chanyeol EXO
              -TOP BigBang
         
Wish/? : Yang baca ini kaga jomblo lagi
Warning : Be careful of TYPO


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<


Brakk!!

"Eh, maaf-maaf"

    Itulah kalimat pertama yang terucap dari bibirku saat bertabrakan dengan seseorang yang kuyakini dia adalah pria. Pria yang cukup tinggi sekitar 30 cm lebih tinggi dari tubuhku, badannya ideal tidak kurus dan tidak gemuk. Sayangnya, aku tidak melihat wajahnya karena pria tersebut langsung pergi tanpa sepatah kata. Aku dapat melihat bagian belakang tubuhnya, terlihat dia mengenakan topi dan jaket berwarna biru dengan design sebuah kalimat dibagian bawah bahu.

    "Mas?" ku panggil pria tersebut, namun tidak ada jawaban seakan aku hanyalah sebuah meja yang baru saja dia tabrak. 

Sringg!

    Kilauan sebuah pisau di arah jam 10 tepat dari posisiku berdiri. Seperti manusia pada umumnya, sifat kepo melekat pada diriku maka segara ku ambil pisau yang berkilau tersebut. Pisau kecil dengan simbol aneh yang ditempel pada gagang-nya.

"Argghhhh!!" aku menjerit seketika karena terjatuh. Astaga! Apa ini? Banyak darah keluar dari kepalaku. Aku... AAAH SI-SIAPA YANG MENEMBAK KE-KEPALAKUU?! AAAAAA!

Deg!

    Aku terbangun dari mimpi. Mimpi yang sangat aneh karena terasa seperti nyata. Tapi ah.. Siapa yang peduli? Mimpi itu kan bunga tidur.
    Seperti hari-hari biasa, setelah terbangun aku segera bersiap untuk pergi ke sekolah. Kebetulan hari ini adalah hari terakhir aku dikelas 2 SMA karena besok sudah bagi rapot. Di sekolah kehidupanku sama seperti remaja pada biasanya. Aku memiliki beberapa teman dekat yang kebetulan satu kelas denganku.

"Joyy!" seseorang memanggilku dengan cukup tenaga yang membuat telingaku terasa sakit.
"Biasa aja kali ga usah teriakk" kataku sambil memegang telinga sebelah kiri.
"Tau ga hari apa?" tanya Wendy.
"Apa sih wen? Ngomong aja pake tebak tebakan. Ah basi!" Sana yang sedang main pun hp ikut bertanya.
"Hari ini ke 17 bulan gue sama Mark!!" jawab Wendy

Tidak ada yang menanggapi bahkan tidak ada yang menoleh. Terasa sangat hening sebelum Wendy mengatakan,

"Gue traktir kalian kali ini!" kata Wendy
"APA?!" teriak Sana, Yerin, dan aku yang sangat terkejut
"Lu sakit wen?" tanya Yerin
"Udah ayo kekantin" kata wendy.

    Wendy menarik tanganku hingga di kantin. Tenang saja hanya tarikan seorang teman dekat, tidak terasa sakit sama sekali. Di kantin, kami berempat duduk dalam satu meja. Aku duduk berhadapan dengan Wendy dan disebelah Yerin yang berhadapan dengan Sana.

    "Mark!" teriak wendy sambil menoleh kearah belakang tubuhnya. Terlihat diluar kantin, sekitar 10 meter di belakang tubuh Wendy, ada seorang pria yang berdiri sendirian seperti sedang menunggu seseorang.

    Pria yang Wendy panggil menoleh sambil memasukkan sesuatu ke dalam kantong celana. Terlihat seperti pulpen, tidak ada yang aneh namun ada yang sedikit mengganjal didalam hatiku. Apakah aku mulai menyukai pacar teman dekatku? Ah tapi tidak mungkin, ini lebih terasa seperti ada sesuatu yang baru dari Mark namun aku tidak tahu.
    Mark berjalan ke arah meja tempat kami duduk dengan cool. Yes, Mark memang salah satu siswa yang lumayan keren di sekolah kami.

    "Mark?" tanyaku secara spontan. Akupun tidak tau kenapa aku memanggilnya. Alhasil, Mark menoleh dengan pelan sambil berkata sedikit lirih.

"I..Iya Joy?"

    Aku terdiam dengan memandang wajah Mark. Setelah 10 detik kupandang, ternyata Mark memang keren. Dia memiliki wajah yang tampan dan. Belum lagi postur badannya yang tinggi dan ideal. Ah dia memang pria yang cukup sempurna. Pantas saja Wendy sangat menyukainya.

    "Apa joy?" tanya Wendy yang duduk persis di depanku sambil memegang mangkok cilok yang baru saja diantar pemilik kantin. "Ah engga" jawabku dengan sedikit tersenyum

    Mark sang kekasih Wendy memakai topi dan jaket biru dengan design tulisan di belakang jaketnya 'Trust me, I'm Human' aku terasa tidak asing dengan jaket tersebut. Ah! Jaket itu sangat mirip dengan jaket yang digunakan pria dalam mimpiku.
    Aku terus memikirkan tentang jaket tersebut hingga didalam kelas. Aku bahkan tidak mendengarkan guru yang mengajar pada saat itu. Tapi setelah kupikir-pikir, sebuah pabrik tidak akan memproduksi satu design hanya untuk satu jaket. Pasti banyak orang yang miliki jaket yang sama. Jadi, apakah orang yang berada dimimpiku itu asli?

    Kring~ bunyi bel yang menunjukkan waktu pulang sekolah. Mengingat besok adalah bagi rapot dan akan libur semester. Maka, aku dan ketiga temanku ingin pulang bersama jalan kaki. Sebenarnya rumah kami lumayan jauh. Tapi kami ingin menghabiskan waktu bersama sebelum pulang kerumah masing-masing. Biasanya setelah sampai di perempatan, kami berempat naik angkutan umum yang berbeda arah. Di koridor sekolah kami berjalan berempat sejajar seperti sedang baris-berbaris. Tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak kami sehingga formasi berantakan.

"MINGGIR!!" teriaknya. Ya, gadis gila penguasa sekolah. Namanya Hani.
"Lu pada ngapain? Mau ngibar bendera?" lanjut Hani

"Eh eh, Wendy!"
"I..iya.. Hani?" Wendy menjawab dengan gugup.
"Katanya lu anniv 17 bulan ya? Mana buat gue?!" teriak Hani

    Wendy melirik Sana. Jujur, kami semua bingung. Begini, kami tidak pernah sama sekali main barsama Hani, tiba-tiba dia dateng minta traktir..? Sana membalas lirikan Wendy sambil menggoyangkan tangan seperti yang memberi isyarat 'kasih aja dah yang ada'.

"Oh.. Lu kaga mau ngasih gue... Kasih ga?" kata Hani sambil menarik kerah baju Wendy.
"Atau gue ambil sendiri" sontak Hani langsung mengambil uang di saku baju Wendy.

    "Mark?" kataku pelan sambil menoleh ke kanan. Aku melihat Mark sedang berdiri dan menatap kearah kami. Mark yang mendengar panggilanku langsung jalan menjauh. "Ma.. mark tunggu" kataku sambil lari mengejar Mark.

    Mark berhenti, bersembunyi di balik pilar sekolah. Aku mempercepat gerakan lariku. Mendengar suara langkahku, Mark lari pergi menjauh dariku. Aku berhenti. "Mark kenapa" kataku terheran-heran.

    Ketiga temanku, yaitu Wendy, Sana dan Yerin menghampiriku sambil berlari kecil. Rupanya urusan dengan Hani sudah selesai.

"Kenapa sih lu?" tanya Wendy.
"Ah? engga" jawabku yang tak ingin mereka tau.

    Kami melanjutkan jalan kaki kami ke arah perempatan. Sekitar satu kilometer kami sampai tujuan, kami melihat Hani berdiri didepan sebuah gang perumahan. "Apa lu liat-liat" kata Hani, rupanya Hani sadar bahwa kami melihatnya.
    Hani belok kiri untuk masuk ke gang perumahan tersebut. AAAAA~ kami mendengar sebuah jeritan wanita dari dalam gang tersebut. Sontak kami berlari untuk melihat apa yang terjadi tetapi begitu kami sampai, kami tidak melihat apapun.
    Setelah sampai diperempatan, kami berpisah. Aku naik angkot ke arah kanan, diangkot aku merasa terlalu banyak keanehan hari ini. Di mulai dari mimpiku yang terasa nyata, kemudian perasaanku kepada Mark, dan jeritan wanita di gang perumahan. Aku tau seharusnya aku tidak memikirkan ini, karena aku bisa sakit dengan memikirkan sesuatu yang tidak harus kupikirkan.
    
    Keesokannya harinya, aku berangkat jam tujuh pagi ke sekolah. Sebetulnya, pembagian rapot dimulai pada jam sembilan. Tapi guru meminta para murid hadir jam tujuh pagi seperti hari-hari biasa.
    Aku masuk kelas. Hari ini kelas terasa sepi, tidak ada satupun siswa yang berada didalam kelas. Aku melihat jam tanganku untuk memastikan apakah ini waktu yang benar untuk sekolah. Jam 6.45 seharusnya sudah ada beberapa siswa. Tapi,

Bruk!

    "Aw!" aku jatuh tertabrak beberapa siswa yang berlari kencang untuk masuk kedalam kelas. Aku berdiri dan merapikan bajuku. Apa-apaan sih ini? Aku kesal dan segera jalan untuk duduk dikursi sebelah Yerin. 

"HANI MENINGGAL"

"HAH? APA?" aku kaget mendengar perkataan Yerin.
"Ye kaga usah teriak balik" jawab Yerin
"Eh serius lu?" kataku
"Lu kaga percaya Joy?" kata Sana yang tiba-tiba datang dan duduk di belakang bangkuku.
"Kok bisa? Kenapa meninggalnya? Kemaren masih ngobrol kan sama kita?" tanyaku.
"Bukan ngobrol tapi malak" jawab Sana.
"Katanya sih..... di bunuh" kata Yerin pelan.
"DIBUNUH SIAPA?" aku sangat terkejut.
"Ya kaga tau" jawab Sana dan Yerin.

    Jam 9 pagi, saatnya pengambilan rapot dimulai. Karena masih kelas 11 pengambilan rapot dilakukan oleh siswa-siswi tanpa orang tua. Ya, seperti biasa rapotku tidak terlalu bagus aku mendapat peringkat 3. Memang dari kami berempat yang lumayan berotak hanya aku hehe. Wendy mendapat peringkat 10, Sana dan Yerin tidak masuk dalam 10 besar.
    Selesai pengambilan rapot, aku, Sana dan Yerin pergi ke halaman sekolah untuk menikmati hari terakhir kami di kelas 2 SMA. Aku duduk berdua dengan Sana di bangku kayu yang panjang. Sedangkan Yerin sedang membeli ice cream untuk kami. Kukira pikiranku sudah tenang, ternyata tidak. Aku masih memikirkan semua kejadian kemarin hingga tanpa sadar aku duduk sambil melamun. Ditambah lagi, kejadian Hani meninggal, pikiranku seperti benang kusut.

    "Nih" Yerin menyodorkan ice cream kepadaku, namun aku masih diam melamun. "Joy!" teriak Yerin, aku sadar tapi aku masih ingin melamun. Perlahan ku ambil ice cream dari tangan Yerin dan berkata "Makasih" secara pelan. Yerin duduk disebelah Sana. Sekarang posisi duduk kita sejajar menghadap lapangan basket.

"Siapa ya yang bunuh Hani?" ku buka obrolan dengan bertanya.
"Masih mikirin?" tanya Sana.
"Penasaran lah" jawabku.
"Gimana kalau nyelidikin aja?" tanya Yerin secara polos.
"Gak gak gak gak gak. Ngapain banget?" kata Sana dengan judes.
"Eh bener juga tuh. Mumpung kita udah libur juga kan?" kataku.
"Joy? Apa apaan sih?" Sana menyanggah.
"Kan gue penasaran" jawabku sambil memakan ice cream pemberian Yerin.
"Lu ikut ga Sana? Kalau kaga gue sama Joy juga bisa. Ya paling minta bantuin yang lain" kata Yerin
"Hm.. Nyerah deh gue. Gue ikut" kata Sana

    Dari arah lapangan basker seseorang teriak  "Sana! Joy! Yerin!" siapa lagi teman kita yang suka manggil sambil teriak? Ya, Wendy. Dia datang bersama sang kekasih dan satu orang pria yang tidak kuketahui. Penampilan agak culun dengan kacamata kotak yang besar. Mereka bertiga menghampiri kami

"Siapa dia wen?" tanya Yerin pelan.
"Eh iya, ini Chanyeol. Temen Mark" kata Wendy.
"Dia temen kamu Mark?" tanyaku sambil menatap Mark.

    Mark hanya mengangguk. Suasana hening, kami terdiam sekitar 15 detik. "Iya, ini temen gue. Heran ya? Baru liat gue punya temen?" tanya Mark sambil cengengesan.

"Ahh engga" kataku, Sana dan Yerin secara kompak.
"Chanyeol sini duduk" kataku sambil mengajak Chanyeol duduk disebelahku.
"Wendy, kita semua mau ngisi liburan dengan hal baru nih" kataku.
"Apaan? Kalian mau ngapain? Gue ikut" kata Wendy
"Kita mau nyeledikin kasus Hani!!" kata Yerin
"APA?!" teriak Wendy dan Mark

"Barengan gitu, ah kamu" kata Wendy
"Ka.. Ka.. Apa? Anu, kalian mau nyelidikin?" tanya Mark
"Sebenernya Joy sama Yerin yang mau, gue sih ngikut aja" kata Sana
"Gimana? Ikut ga?" tanya Yerin
"Ikut ga?" tanya Wendy pada Mark
"I..Iya udah, ayo aja. Lu ikut juga kan chanyeol?" tanya Mark
"Eh? I..iya..iya deh" kata Chanyeol

"Kamu ga usah takut Wendy" kata Mark
"Ah? Engga kok" kata Wendy malu malu
"Aku sayang kamu. Aku sayang kamu lebih dari apapun. Semuanya aku akan lakukan demi kamu. Bahkan jika itu harus memerlukan nyawa orang lain" kata Mark
"Ahh kamu" kata Wendy malu malu, lagi.
"Apa-apaan ini. Udah yuk pergi, enek gue" kata Sana.

    Sana beranjak dari kursi dan pergi kearah gerbang sekolah. Diikuti oleh aku dan Yerin. Sebenarnya aku juga agak jijik mendengar kalimat itu dari Mark. Tidak kusangka, pria cool seperti Mark bisa alay kayak gitu. Lalu Mark, Chanyeol dan Wendy ikut beranjak kearah gerbang sekolah.

    Setelah pulang kerumah, aku mempersiapkan diri untuk di hari lusa. Karena kami berencana menginap dirumah Mark untuk planning penyelidikan. Menginap dirumah pria memang boleh? Oh tentu saja tidak bossku. Makanya mulai dari hari ini aku akan meminta izin kepada ibuku.
    Walaupun agak sulit untuk meminta izin sehingga aku harus mengeluarkan beberapa jurus agar disetujui. Kalian tidak perlu tau jurus seperti apa yang kukerahkan. Intinya, ibuku luluh. Akhirnya aku diperbolehkan berangkat meningap dirumah Mark. Ohiya, kami memilih rumah Mark karena rumah dia yang paling dekat dari sekolah. Ya, biar titik kumpulnya gampang aja.

    "Nih rumah gue. Masuk" kata Mark sambil membukakan pintu depan rumahnya. Pagi sekitar jam 10 kami masuk ke dalam rumah Mark dan langsung disambut oleh seorang pria. "Lu bawa temen?" tanya pria tersebut.

"Iya. Mereka nginep" jawab Mark.
"Siapa dia?" tanya Wendy secara pelan.
"TOP, kakak" jawab Mark.

    Kami berlima ditambah Chanyeol duduk di sofa ruang tamu bersama Mark dan TOP. Terlihat rumah mereka sangat sepi dan agak kotor, sontak ku bertanya "Ibu lu mana Mark?". Pertanyaanku seolah menyakiti Mark, dia berdiri dan pergi ke arah dapur.

    "Eh?" kataku kaget. TOP selaku kakak Mark hanya tersenyum kecil. Aku makin heran. Apakah aku salah? Haruskah aku meminta maaf?

"Ada apa?" tanya Wendy.
"Orang tua kita meninggal saat kita masih kecil" jawab TOP.
"Astaga!" kami semua terkejut.
"Kalau boleh tau, kenapa?" tanya Wendy sambil merendahkan kepala.
"Orang tua kami dibunuh" lanjut TOP.
"ASTAGA!" kami terkejut untuk yang kedua kalinya.
"Yaa, saat itu gue berumur 13 tahun, dan Mark 6 tahun. Gue ga tau persis nya, pas gue masuk rumah, orang tau gue udah berlumur darah, dan Mark......." TOP terhenti
"Mark? Kenapa?" tanya Wendy
"Dia megang pisau kecil yang berlumur darah" lanjut TOP

    Kami semua terdiam karena fokus mendengar cerita TOP yang sangat mengejutkan. Mark memang anak yang cukup pendiam, bahkan Wendy yang sudah berpacaran lama dengan Mark pun tidak tau apa-apa.

"Terus gue meluk Mark, dan kita mutusin buat pindah rumah, kesini" kata TOP.
"Jangan tanya Mark tentang orang tua, dia pasti tertekan. Gatau sih, gue rasa Mark liat kejadian saat orang tua kita dibunuh. Setiap ditanya dia ga mau jawab" lanjut TOP

    Lalu TOP pergi meninggalkan ruang tengah. Cerita yang cukup gantung bagi kami. Aku yakin banyak pertanyaan yang ada dikepala teman-temanku, tapi kami pun harus berhati-hati karena seperti yang TOP bilang Mark sangat sensitif dengan pertanyaan tentang orang tua. Selang 5 menit kemudian,
Mark datang..

"Malem ini kita ga tidur, kalau emang kita tidur, disini aja. Paling Mark tidur di kamernya" kataku.
"Aku ikut sama Mark" kata Wendy.
"Wendy!" teriak Sana.
"Iya" Wendy cemberut.

"Gak, gue tidur disini aja" kata Mark.
"Ta.. Tapi kenapa kita gak boleh tidur?" tanya Chanyeol.
"Nyusun rencana bodoh!" jawabku sedikit kesal.

    Sepertinya Chanyeol orang yang agak lemot, aku ga yakin apakah dia harus ikut dalam penyelidikan kita. Karena... ya keliatan aja orangnya. Ah, tapi aku gaboleh merendahkan gitu. 
    Sekitar jam 10 malam, aku terbangun dan mengusap mata. Ternyata aku ketiduran dilantai ruang tengah. Kulihat semua temanku juga ketiduran dengan berantakan. Ada yang diatas sofa, diatas meja, hingga dibawah meja TV.
    "Hey! bangun-bangun" kataku membangunkan seluruh teman-temanku. Sekitar 20 menit, kami semua terbangun. Memang agak lama, karena Wendy agak susah dibangunin. Kami pun duduk melingkar. Dengan aku tepat disebrang Mark dan mengarah ke dapur dan kamar mandi. Mark bersebelahan dengan Wendy yang sedang memeluknya dari sebelah kiri,

    "Rencananya gini.." kataku untuk memulai obrolan. "Huahh!!!" seseorang menguap dibelakang ku. Ternyata Yerin, dia baru terbangun. Dia tidur didepan pintu kamar Mark sekitar tiga meter dari ruang tengah. Aku juga gatau kenapa dia bisa tertidur sejauh itu.

"Yerin!" kata Sana sediki berteriak.
"Hem" kata Yerin dengan wajah mengatuknya.
"Cuci muka!!" Sana berteriak

    Dengan muka agak mengantuk Yerin ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Selang beberapa menit, Yerin kembali ke ruang tengah dan memberi sesuatu kepada Mark sembari berkata "Mark, ini".
"Eh nemu dimana?" tanya Mark
"Tadi di WC pas lagi cuci muka" jawab Yerin.

    Kami sedang serius membuat planning, walaupun belum ada planning yang berarti. Tapi, aku mendengar percakapan Yerin dan Mark. Lalu aku fokuskan untuk melihat Yerin dan Mark. Ternyata sebuah kertas. Sebuah kertas yang diberikan dari Yerin kepada Mark. Mark langsung memasukkannya kedalam kantong celana dan Yerin duduk dibelakang Mark.
    Aku melihatnya! Simbol itu! Simbol yang ada pada kertas itu seperti tak asing. Seperti.... ada didalam mimpi anehku. Tapi, dimana? Sekitar 15 menit aku melamun, sampai aku tidak tau planning seperti apa untuk penyelidikan kasus pembunuhan Hani.
    Aku dapat! Ternyata itu adalah simbol yang sama dengan simbol yang tertera pada gagang pisau yang ada dalam mimpiku. Aku yakin ini tidak salah. Aku ingat jelas pada saat aku memegang pisau dalam mimpiku. Simbol itu sama! Aku sangat yakin. Bahkan jika diminta gambarnya, aku bisa menggambarkan dengan jelas.


    Aku yakin simbolnya seperti itu. Tiba-tiba seseorang mencolekku yang membuat aku terkejut dan berkata, "Joy, jadi rencannya udah selesai, kita boleh tidur?" Sana mengatakan itu dan aku tersadar bahwa aku masih melamun.

"Eh iya, apa rencananya tadi? Yerin baru dateng tuh" kataku
"Gini, besok kita ke rumah hani, berangkali ada sesuatu disana" kata Wendy.
"Sama ini ya, bawa tas tas kalian, bawa peralatan, berangkali kita harus nginep disana. Ok, sekarang tidur" kataku.

    Malam yang cukup menegangkan, aku masih terheran kenapa bisa simbol yang ada dalam mimpiku menjadi nyata. "AAAAA!" terdengar teriakan yang membuat aku dan teman-temanku terbangun. Aku yakin ini adalah suara Sana.

"Sana? Sana dimana?" kataku.

    Mendengar pertanyaanku, Wendy segera beranjak ke WC. Beberapa detik Wendy pergi aku mendengar teriakan kedua. Teriakan Wendy. Aku berlari ke WC untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata, AAAAA! Akupun berteriak. Bagaimana tidak, a-aku melihat... YERIN.
    Yerin berlumuran darah di WC. Ku pegangi tubuh Yerin yang basah terkena air. Badannya sangat dingin. Kulihat seperti.... Ada yang membunuh Yerin. Dilehernya ada bekas sayatan pisau. Tapi aku tidak bisa berspekulasi lebih. Aku menangis, aku kehilangan seorang teman.
    Yerin itu teman yang baik, dia memang tidak pintar. Tetapi dia selalu membela temannya dalam keadaan apapun. Yerin, semoga tenang disana. 

"Mark!" Wendy berteriak sambil menangis.
"Ada apa?" Mark datang, dan "Astaga!"

    Lalu Mark memeluk Wendy dengan sedang nangis tersedu. "Siapa yang buat ini!" kata Mark geram. Sana, Chanyeol dan TOP datang. Sana mendekat dan memeluk jasad Yerin yang semakin dingin karena ubin kamar mandi. Sedangkan Chanyeol dan TOP hanya berdiri diam didepan pintu kamar mandi.
    Sana, dia wanita yang tegar. Aku sebagai temannya belum pernah melihat dia menangis. Tapi kali ini, aku tahu bahwa dia sangat sedih melihat Yerin. Air matanya keluar namun tidak bersuara. Sana berkata, "Ye.. Yerin, maaf gue belum sempet bilang kalau lu sahabat terbaik gue"

    Mark, TOP dan Chanyeol membopong jasad Yerin ke ruang tengah. Kami berencana mengembalikan jasad Yerin kepada orang tuanya, sebelum melanjutkan penyelidikan. Mereka semua percaya bahwa Yerin meninggal karena terpeleset di kamar mandi. Tapi tidak dengan aku, aku melihat betul ada sayatan pisau dileher Yerin.

"YERIN.. BILANG!!! SIAPA YANG NGELAKUIN INI!!"
"Yerin!! Kenapa cepet banget!!! Kita sayang sama lu pea!!!"
"Yerin!!!!!"
"Lu sahabat terbaik gue!!"

    Wendy berteriak, kami semua sangat terpukul oleh kejadian ini. Air mata kami pun membahasi jasad Yerin. Tapi kami tidak ada yang bisa kami lakukan selain mengembalikan jasadnya kepada orang tua Yerin.
    Sekitar jam 12 siang kami langsung mengantarkan jasad Yerin ke rumah orang tuanya sebelum kami memulai penyelidikan tentang Hani. Orang tua Yerin sangat shock, tapi mereka tidak menyalahkan kami. Kami langsung berjalan kearah kerumah hani.

"Kita harus lupain kesedihan ini. Kita punya tujuan" kataku sambil jalan paling depan
"Gue rasa yang bunuh Hani sama kaya yang bunuh Yerin" celetuk Wendy

    Sontak aku terkejut. Aku pikir Wendy mengira Yerin meninggal terpeleset. Ternyata dia punya pikiran yang sama denganku. Aku kurang tau dengan yang lainnya. Tapi berarti, aku dan Wendy punya pemikiran yang sama.

"Ah?" kata Mark.
"Firasat aja sih" jawab Wendy.

    Jam 3 sore kami berjalan dan sampai didepan rumah Hani, kami tidak menemukan apapun. Semua terlihat normal. Kami pun masuk kedalam rumah Hani dan berbincang dengan orang tuanya. Tetap saja, tidak ada apapun yang aneh. Akhirnya kami memutuskan untuk balik kerumah Mark dan menyusun rencana dengan serius.

    Kami pulang ke arah rumah Mark. Sekarang Wendy paling depan. Wendy berkata sambil menunjuk sesuatu "Eh? Itu apa?" Wendy pun mengambilnya. Ternyata sebuah kertas. Sebuah kertas yang bersimbol. Simbol itu lagi! Aku benar-benar terkejut. Apa maksud ini semua?


"Sini sini" kata sambil Sana merebut kertasnya.
"Simbol?" tanya Sana sambil melirik kearah ku.

    Akupun menghampiri Sana dan melihat simbol itu dengan jelas. Ada satu huruf yang sangat jelas terpampang. "M? apa artinya?" tanyaku.

"Mati?" celetuk Mark.
"Bisa jadi sih. Si pembunuh mau dia mati kan? Tapi kalian yakin kertas ini berkaitan?" kata Wendy.
"Gue sih yakin. Tapi, kok...." kataku
"Kenapa?" tanya Mark.
"Mm.. Kok dicoret?" kataku.
"Kan supaya engga ketauan, namanya juga Psikopat" jawab Mark.
"Psikopat?!!" kataku secara kaget.
"Eh.. Iya.. Pembunuh darah dingin gitu" kata Mark.
"Kamu pinter ya?" kata Wendy.

    Mark tersenyum kecil. Aku juga tidak tau kenapa mereka langsung yakin bahwa kertas ini bekaitan dengan pembunuhan Hani. Apa mereka juga melihat kertas ini ditempat lain? Atau mungkin mereka pernah mimpi yang sama seperti mimpiku?

"Chanyeol mana?" tanyaku.
"Emm.. Disini" kata Chanyeol sambil mengangkat tangan.
"Kenapa diem aja?" kataku.
"Em.. Ah? Engga" jawab Chanyeol.
"Chanyeol aneh" kata Wendy.
"Udah sekarang kita pergi aja. Nginep disekolah aja gimana?" kataku.
"Gak jadi balik kerumah Mark?" tanya Sana.

    Aku sebenarnya agak ragu kalau kami mau balik kerumah Mark. Karena Yerin meninggal disana, kurasa ada sesuatu yang janggal. Lalu kujawab, "Kayaknya ngingep disekolah aja deh" Kebetulan jarak rumah Mark dan sekolah hanya 1 km. Kami berjalan kaki menuju sekolah. 

"Chanyeol kamu depan" kata Wendy
"Ah.. I.. Iya" kata Chanyeol



>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Lanjut,

Part II
Fanfiction: "My Psychopath Boyfriend" Part II

.
.
.
.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar